• Ini adalah salah satu proses CAM di CNC Milling yaitu Facing. Proses ini digunakan umtuk menghilangkan lapisan permukaan benda kerja yang tidak rata atau untuk meratakan permukaan agar menjadi datar.
  • Pocketing adalah operasi yang digunakan untuk membuat lubang, alur, atau kantong pada benda kerja. Ini digunakan untuk menghilangkan materi di dalam area tertentu dari benda kerja.
  • 2D High-Speed Machining adalah teknik pemrograman yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi pemotongan dan kecepatan proses.
  • Video Pembelajaran ini mengisahkan seorang guru yang bingung menerapkan PjBl (Project Based Learning) pada pembelajaran CNC Milling... Ikuti dan saksikan Videonya di link youtube @tarom79.
  • Animasi Pembelajaran dibutuhkan ketika seorang guru kesusahan mengajarkan sesuatu yang bersifat ABSTRAK sehingga perlu digambarkan dengan Animasi .

Senin, 12 Agustus 2024

Membangun Budaya Positif di Sekolah : Mengintegrasikan Disiplin Positif, Nilai Kebajikan, dan Teori Motivasi


Dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung perkembangan siswa, penting bagi kita untuk memahami berbagai konsep kunci yang berkaitan dengan disiplin positif, motivasi, serta pemahaman mendalam tentang kebutuhan dasar manusia. Artikel ini akan membahas enam konsep utama: Disiplin Positif dan Nilai Kebajikan, Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Keyakinan Kelas, Lima Kebutuhan Dasar Manusia, Lima Posisi Kontrol, dan Segitiga Restitusi. Dengan memahami dan mengimplementasikan konsep-konsep ini, kita dapat membangun budaya sekolah yang lebih positif dan mendukung.

1. Disiplin Positif dan Nilai Kebajikan

Disiplin Positif adalah pendekatan yang berfokus pada pengembangan tanggung jawab, rasa hormat, dan pengendalian diri pada siswa tanpa menggunakan hukuman fisik atau verbal. Prinsip dasar disiplin positif adalah memberikan bimbingan yang konsisten dan penuh kasih, sambil tetap mempertahankan batasan yang jelas. Nilai kebajikan seperti kejujuran, tanggung jawab, kerja sama, dan empati menjadi dasar dari pendekatan ini.

Dengan menanamkan nilai-nilai kebajikan dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya dididik untuk menjadi cerdas secara akademis, tetapi juga menjadi individu yang bermoral dan berkarakter. Guru memiliki peran penting dalam mencontohkan dan memperkuat nilai-nilai ini dalam interaksi sehari-hari di kelas.

2. Teori Motivasi, Hukuman, dan Penghargaan

Teori motivasi memberikan kerangka kerja untuk memahami apa yang mendorong perilaku manusia. Salah satu teori yang relevan adalah Teori Hierarki Kebutuhan Maslow, yang menyatakan bahwa manusia termotivasi oleh lima tingkat kebutuhan, mulai dari kebutuhan fisiologis dasar hingga aktualisasi diri.

Dalam konteks pendidikan, penting untuk mempertimbangkan bahwa motivasi siswa dapat dipengaruhi oleh cara penghargaan dan hukuman diberikan. Penghargaan dapat memperkuat perilaku positif, sedangkan hukuman seringkali hanya memberikan solusi jangka pendek dan dapat mengakibatkan efek negatif pada harga diri siswa. Oleh karena itu, disiplin positif lebih mengedepankan pemberian penghargaan dan pengakuan atas usaha, ketimbang hukuman yang bersifat menghukum atau mempermalukan.

3. Keyakinan Kelas

Keyakinan kelas merujuk pada serangkaian nilai dan prinsip yang dipegang oleh seluruh anggota kelas, termasuk guru dan siswa, yang membimbing perilaku dan interaksi di dalam kelas. Keyakinan ini menjadi panduan dalam menentukan apa yang dianggap penting dan benar di dalam lingkungan belajar.

Misalnya, sebuah kelas dapat memiliki keyakinan bahwa "setiap siswa memiliki potensi untuk sukses" atau "kesalahan adalah bagian dari proses belajar." Keyakinan kelas ini membentuk budaya dan iklim di dalam kelas, yang pada akhirnya mempengaruhi motivasi dan keterlibatan siswa.

4. Lima Kebutuhan Dasar Manusia

Menurut Teori Pilihan yang dikembangkan oleh William Glasser, manusia memiliki lima kebutuhan dasar yang mendorong perilaku mereka:

  1. Kebutuhan akan kelangsungan hidup (survival): mencakup kebutuhan fisik dasar seperti makanan, air, dan keamanan.
  2. Kebutuhan akan cinta dan kepemilikan (love and belonging): kebutuhan untuk merasa dicintai dan memiliki hubungan sosial.
  3. Kebutuhan akan kekuasaan (power): kebutuhan untuk merasa dihargai dan memiliki kontrol atas hidup.
  4. Kebutuhan akan kebebasan (freedom): kebutuhan untuk merasakan otonomi dan kebebasan dalam memilih.
  5. Kebutuhan akan kesenangan (fun): kebutuhan untuk menikmati hidup dan memiliki pengalaman yang menyenangkan.

Dalam konteks pendidikan, guru perlu mempertimbangkan lima kebutuhan ini untuk memahami perilaku siswa dan menciptakan strategi yang efektif dalam mendukung mereka.

5. Lima Posisi Kontrol

Lima posisi kontrol menggambarkan cara-cara guru atau orang dewasa lain berinteraksi dengan anak-anak dalam upaya untuk mengelola perilaku:

  1. Penghukum : Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata:

    “Patuhi aturan saya, atau awas!”

    “Kamu selalu saja salah!”

    “Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai”


    Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia.
  2. Pembuat Merasa Bersalah : Pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti :

    “Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu”

    “Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?”

    “Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?”

    Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya..

         Pendekatan terbaik adalah kontrol bersama, di mana guru dan siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

3. Teman Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata:

“Ayo bantulah, demi bapak ya?”

“Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?”

“Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”.

Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman saya”. Murid merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha. Hal lain yang mungkin timbul adalah murid hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan tergantung pada guru tersebut.

4. Pemantau Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau:

“Peraturannya apa?”

“Apa yang telah kamu lakukan?”

“Sanksi atau konsekuensinya apa?”

Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker, slip catatan, daftar cek. Posisi pemantau sendiri berawal dari teori stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung jawab guru dalam mengontrol murid.

5. Manajer : Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. Namun bila kita menginginkan murid-murid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri.  Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Seorang manajer akan berkata

“Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas)

“Apakah kamu meyakininya?”

“Jika kamu meyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?”
“Jika kamu memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?”

“Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?”

Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Kita membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan murid tersebut ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat.

Bisa jadi dalam praktik penerapan disiplin sehari-hari, kita akan kembali ke posisi Teman atau Pemantau, karena murid yang ditangani belum siap diajak berdiskusi atau diundang melakukan restitusi. Namun perlu disadari tujuan akhir dari 5 posisi kontrol seorang guru adalah pencapaian posisi Manajer, di mana di posisi inilah murid dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan yang positif, nyaman, dan aman.

6. Segitiga Restitusi

Segitiga Restitusi adalah alat untuk membantu siswa memperbaiki kesalahan mereka dan belajar dari pengalaman tersebut. Pendekatan ini melibatkan tiga langkah:

  1. Menstabilkan identitas: Membantu siswa memahami bahwa mereka adalah individu yang baik meskipun melakukan kesalahan.
  2. Validasi tindakan: Memahami mengapa siswa bertindak seperti itu, biasanya terkait dengan kebutuhan dasar yang belum terpenuhi.
  3. Restitusi: Mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahan mereka dan membuat rencana agar tidak mengulanginya.

Dengan menggunakan segitiga restitusi, guru dapat mengubah situasi negatif menjadi peluang pembelajaran yang positif, membantu siswa untuk berkembang menjadi individu yang lebih baik.

Kesimpulan

Membangun budaya positif di sekolah bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan memahami dan mengimplementasikan konsep-konsep seperti disiplin positif, nilai kebajikan, teori motivasi, keyakinan kelas, kebutuhan dasar manusia, posisi kontrol, dan segitiga restitusi, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan inspiratif bagi semua siswa. Mari bersama-sama kita membangun sekolah yang tidak hanya mendidik secara akademis, tetapi juga mengembangkan karakter dan nilai-nilai kebajikan yang akan menemani siswa sepanjang hidup mereka.

Rabu, 11 Oktober 2023

Membuat Kupingan Knalpot untuk Industri Kecil Menengah (IKM) Knalpot


Purbalingga, 11 Oktober 2023 - Siswa SMK N Jateng di Purbalingga telah mengambil langkah besar dalam pembelajaran praktis mereka dengan mengimplementasikan Project Based Learning (PjBL). Pada Rabu, 11 Oktober 2023, mereka berhasil menyelesaikan proyek pembuatan kupingan knalpot pesanan dari Industri Kecil Menengah (IKM) Knalpot lokal di Purbalingga, Jawa Tengah.



PjBL adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pembelajaran berbasis proyek, di mana siswa diberi tanggung jawab untuk merancang, merencanakan, dan mengeksekusi proyek nyata yang sesuai dengan bidang kejuruan mereka. Proyek kali ini melibatkan pembuatan kupingan knalpot yang dipesan oleh IKM Knalpot setempat.

Proyek ini menggabungkan beberapa komponen penting dalam pendidikan kejuruan:

1. Pembelajaran Kolaboratif: Siswa bekerja dalam tim, membagi tugas, dan berkolaborasi dalam merancang dan memproduksi kupingan knalpot.

2. Praktik Langsung: Mereka memanfaatkan keterampilan yang telah dipelajari selama pembelajaran untuk menghasilkan produk fisik yang sesungguhnya.

3. Keterlibatan Industri: IKM Knalpot setempat turut serta dalam proyek ini dengan memberikan pesanan kepada sekolah. Hal ini membuka peluang bagi siswa untuk terlibat dalam proyek-produk industri yang sesungguhnya.

4. Integrasi Materi: Siswa memadukan pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari dalam mata pelajaran teknik pemesinan, teknik pengelasan, dan teknik finishing untuk menyelesaikan proyek ini.



Proses pembelajaran dimulai dengan siswa merancang desain kupingan knalpot yang sesuai dengan spesifikasi yang diberikan oleh IKM Knalpot. Setelah desain disetujui, mereka mulai memilih bahan, memotong, membentuk, dan mengelas komponen-komponen kupingan knalpot. Proses finishing dan pengujian kualitas juga merupakan bagian penting dari proyek ini.



Kepala Sekolah SMK N Jateng Purbalingga, Budi Rahwanto,M.Pd menyatakan, "Proyek ini merupakan contoh nyata bagaimana pendidikan kejuruan di SMK N Jateng di Purbalingga mempersiapkan siswa untuk dunia kerja. Mereka tidak hanya memahami teori, tetapi juga menerapkan keterampilan mereka dalam situasi dunia nyata. Kami sangat bangga dengan prestasi siswa-siswa kami dalam menyelesaikan proyek ini."

PjBL merupakan metode pembelajaran yang efektif dalam mempersiapkan siswa untuk karir kejuruan yang sukses. Proyek ini merupakan salah satu contoh bagaimana pembelajaran berbasis proyek dapat menghasilkan lulusan SMK yang siap terjun ke dunia kerja dengan keterampilan yang kuat dan pemahaman yang mendalam tentang bidang kejuruan mereka.

Rabu, 04 Oktober 2023

Pembelajaran CNC Milling Menggunakan Sistem Blok Mingguan di SMK N Jateng Purbalingga




Purbalingga, 5 Oktober 2023 - SMK N Jateng di Purbalingga telah berhasil menerapkan sistem pembelajaran CNC Milling dengan menggunakan sistem blok mingguan yang sangat efektif. Dalam sistem ini, siswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok Design CADCAM dan kelompok Operator Mesin Milling CNC dengan kontrol GSK 218 MC-h dan kontrol CNC Milling Siemens 808D. Hasilnya sangat positif, dan para siswa merasa senang dan bangga telah berhasil menerapkan Project Based Learning (PBL) dengan baik.

Berikut adalah beberapa poin utama yang menjelaskan keberhasilan pembelajaran CNC Milling dengan sistem blok mingguan ini:

Fasilitas Bengkel CNC yang Memadai

SMK N Jateng di Purbalingga memiliki fasilitas bengkel CNC yang lengkap dan modern, termasuk mesin CNC Milling dengan kontrol GSK 218 MC-h dan Siemens 808D. Ini memungkinkan siswa untuk belajar dan berlatih langsung dengan peralatan yang sesungguhnya.


Pembelajaran Terfokus pada Keterampilan Praktis

Dengan membagi siswa menjadi dua kelompok, pembelajaran dapat difokuskan pada pengembangan keterampilan praktis. Kelompok Design CADCAM belajar tentang pemodelan 3D, perancangan desain produk, dan pemrograman menggunakan perangkat lunak CADCAM, sementara kelompok Operator Mesin Milling CNC fokus pada pengaturan mesin, pemrograman, dan pengoperasian.


Project Based Learning yang Sukses

Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) menjadi salah satu komponen kunci kesuksesan pembelajaran ini. Para siswa merancang proyek-proyek nyata dan bekerja sama untuk menghasilkan produk-produk dengan menggunakan mesin CNC Milling. Hal ini memberi mereka pengalaman praktis yang berharga.

Rasa Bangga Siswa dalam Prestasi Mereka

Para siswa merasa sangat bangga dengan prestasi mereka dalam pembelajaran CNC Milling. Mereka melihat hasil nyata dari kerja keras mereka saat merancang, memprogram, dan menghasilkan komponen yang sesuai dengan blueprint. Rasa keberhasilan ini menjadi motivasi yang kuat bagi mereka.

Kemampuan Kolaborasi yang Terasah

Pembelajaran dalam dua kelompok ini juga mengasah kemampuan kolaborasi siswa. Mereka belajar bekerja sama, berbagi ide, dan menyelesaikan tugas-tugas yang rumit bersama-sama. Ini adalah keterampilan yang sangat berharga dalam dunia kerja.



Menghadapi Masa Depan dengan Percaya Diri

Dengan kemampuan yang mereka peroleh dalam pembelajaran CNC Milling, para siswa dari SMK N Jateng di Purbalingga siap menghadapi masa depan dengan percaya diri. Mereka memiliki keterampilan yang sangat dicari dalam industri manufaktur yang terus berkembang.

Pihak sekolah dan guru-guru yang terlibat dalam pembelajaran ini sangat bangga dengan pencapaian siswa-siswa mereka. Sistem pembelajaran CNC Milling dengan sistem blok mingguan dan pendekatan berbasis proyek telah terbukti menjadi metode yang sangat efektif untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi tantangan di dunia kerja.

Lomba Kompetensi Siswa CNC Milling Tingkat Provinsi Jawa Tengah

 


Surakarta, 29 Mei 2023 - SMK Warga Surakarta dengan bangga menjadi tuan rumah Lomba Kompetensi Siswa CNC Milling tingkat provinsi Jawa Tengah yang berlangsung selama dua hari, dari tanggal 28 hingga 29 Mei tahun 2023. Lomba ini diikuti oleh 28 peserta yang mewakili kabupaten/kota di seluruh provinsi Jawa Tengah, serta peserta dari SMK N Jateng di Purbalingga yang berhasil masuk dalam 10 besar.

Lomba ini merupakan wadah bagi siswa-siswa SMK di Jawa Tengah untuk menguji kemampuan mereka dalam mengoperasikan mesin CNC Milling dan menghasilkan komponen dengan ketepatan tinggi. Lomba ini juga bertujuan untuk mempromosikan keterampilan dan pengetahuan CNC Milling di kalangan siswa, serta mempersiapkan mereka untuk berkarir di dunia industri manufaktur yang berkembang pesat.

Berikut adalah beberapa poin utama dari Lomba Kompetensi Siswa CNC Milling tingkat provinsi Jawa Tengah:

Peserta Berbakat dari Seluruh Jawa Tengah

Sebanyak 28 siswa-siswa SMK dari seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah berpartisipasi dalam lomba ini. Mereka telah melewati seleksi ketat di tingkat kabupaten/kota mereka dan berhak mewakili daerah mereka di tingkat provinsi.

Tantangan Berat dalam Menyelesaikan Proyek CNC Milling

Selama dua hari, peserta dihadapkan pada proyek-proyek CNC Milling yang menantang. Mereka harus memprogram mesin, mengatur alat potong, dan memproduksi komponen sesuai dengan blueprint yang diberikan dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi.

Peserta dari SMK N Jateng Purbalingga Meraih 10 Besar

SMK N Jateng di Purbalingga berhasil mencapai prestasi gemilang dengan satu di antara peserta mereka masuk dalam 10 besar. Prestasi ini menjadi bukti bahwa pendidikan teknik di Jawa Tengah terus berkembang dan menghasilkan siswa-siswa berbakat.

Penjurian Ketat dan Hadiah Bergengsi

Para peserta dinilai oleh juri-juri berpengalaman dalam bidang CNC Milling. Para pemenang akan mendapatkan hadiah bergengsi dan pengakuan atas keterampilan dan usaha mereka.

Pendorong Karir di Dunia Industri

Lomba ini tidak hanya menguji keterampilan siswa, tetapi juga memberi mereka kesempatan untuk berkenalan dengan profesional dan perusahaan di industri manufaktur. Ini bisa menjadi langkah awal yang penting bagi siswa-siswa yang bercita-cita untuk bekerja di dunia CNC Milling.

Lomba Kompetensi Siswa CNC Milling tingkat provinsi Jawa Tengah tahun 2023 ini telah memberikan inspirasi dan semangat baru bagi siswa-siswa SMK di wilayah tersebut. Mereka telah menunjukkan kemampuan dan potensi mereka dalam menghadapi tantangan teknis yang kompleks, dan kita dapat mengharapkan prestasi lebih tinggi lagi di masa depan. Selamat kepada semua peserta dan pemenang!

Mengubah Material Mentah menjadi Karya yang Presisi (CNC Milling)

 





Proses Pembelajaran CNC Milling: Mengubah Materi Mentah menjadi Karya yang Presisi

CNC Milling adalah teknologi yang telah mengubah wajah industri manufaktur dengan memberikan kemampuan untuk menghasilkan produk yang sangat presisi dan kompleks. Proses ini memanfaatkan komputer untuk mengontrol pergerakan mesin milling dan menghasilkan komponen mekanis dengan ketepatan tinggi. Artikel ini akan menjelaskan proses pembelajaran CNC Milling, yang menjadi kunci bagi para mahasiswa dan profesional di bidang teknik pemesinan.

Apa Itu CNC Milling?

CNC adalah singkatan dari "Computer Numerical Control," yang merujuk pada penggunaan komputer untuk mengontrol mesin dan alat-alat produksi. Dalam konteks CNC Milling, mesin milling digunakan untuk menghilangkan material dari sebuah benda kerja secara presisi. Benda kerja tersebut dapat berupa logam, plastik, atau bahkan kayu.

Langkah-Langkah dalam Proses Pembelajaran CNC Milling

1. Pemahaman Dasar Mesin CNC

Pemahaman dasar tentang mesin CNC adalah langkah pertama dalam proses pembelajaran. Ini termasuk memahami bagaimana mesin bekerja, bagian-bagian utamanya, serta fungsi dari masing-masing komponen. Mahasiswa akan belajar tentang sumbu (axis), spindle (poros utama), dan perangkat pengendali.

2. Membaca Blueprint dan Program CNC

Membaca blueprint adalah keterampilan penting dalam pembelajaran CNC Milling. Mahasiswa perlu memahami simbol-simbol, dimensi, dan toleransi dalam blueprint untuk memprogram mesin dengan benar. Mereka juga perlu memahami bahasa pemrograman CNC, seperti G-code dan M-code.

3. Setup Mesin

Proses setup melibatkan menggantung benda kerja, memasang alat potong, dan mengatur offset untuk memastikan bahwa mesin siap digunakan. Kesalahan dalam setup dapat mengakibatkan komponen yang tidak akurat atau bahkan kerusakan pada mesin.

4. Operasi Mesin

Setelah mesin diatur, mahasiswa akan memulai operasi. Mereka perlu memahami cara mengoperasikan panel kontrol, memulai program CNC, dan memonitor proses secara cermat. Selama operasi, mereka juga dapat melakukan perubahan kecil dalam program jika diperlukan.

5. Pengukuran dan Pengujian

Bagian penting dari proses ini adalah pengukuran dan pengujian. Mahasiswa harus menguji komponen yang mereka hasilkan menggunakan alat pengukur seperti mikrometer atau alat pengukur ketebalan lapisan oksida. Ini penting untuk memastikan bahwa hasilnya sesuai dengan blueprint dan spesifikasi yang diinginkan.

6. Perbaikan dan Koreksi

Jika ada kesalahan atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi, mahasiswa harus mampu mengidentifikasi penyebabnya dan melakukan perbaikan. Ini bisa melibatkan perubahan dalam program CNC, pengaturan mesin, atau proses pemotongan.

7. Keselamatan Kerja

Selama seluruh proses pembelajaran dan praktik CNC Milling, keselamatan kerja harus diutamakan. Mahasiswa perlu mengenali bahaya potensial, menggunakan alat pelindung diri dengan benar, dan mengikuti prosedur keselamatan yang berlaku.

Manfaat dari Proses Pembelajaran CNC Milling

  1. Keterampilan Industri: Proses pembelajaran CNC Milling memberikan mahasiswa keterampilan yang sangat dihargai di industri manufaktur. Mereka dapat bekerja dalam berbagai bidang seperti otomotif, kedirgantaraan, dan produksi massal.

  2. Presisi Tinggi: CNC Milling memungkinkan pembuatan komponen dengan ketepatan tinggi, yang penting dalam aplikasi yang membutuhkan toleransi yang ketat.

  3. Efisiensi Produksi: Mesin CNC dapat beroperasi secara otomatis dan berkelanjutan, mengurangi waktu produksi dan biaya.

  4. Inovasi: Mahasiswa yang memahami CNC Milling dapat berkontribusi pada inovasi dalam desain dan produksi komponen baru.

  5. Potensi Pendapatan: Keterampilan dalam CNC Milling sering kali dihargai tinggi di pasar kerja, yang berarti mahasiswa dapat mendapatkan penghasilan yang baik.

Proses pembelajaran CNC Milling adalah langkah penting dalam mempersiapkan tenaga kerja yang kompeten di bidang teknik pemesinan. Mahasiswa yang menguasai keterampilan ini memiliki potensi untuk berkontribusi pada kemajuan industri manufaktur yang terus berkembang. Dengan mengutamakan keselamatan, ketelitian, dan kreativitas, mereka dapat mencapai kesuksesan dalam karir mereka di dunia teknik.