Bila Aku Jatuh Cinta
"Ya… aku jatuh cinta". Tanpa
ragu-ragu kalimat itu keluar dari mulutku. Menampar segala keangkuhan.
Menenggelamkan segala kesombongan. Menaklukan kepongahan diri sendiri..
sahabatku terperangah, tidak menduga aku jatuh cinta. Cinta yang tulus.
Cinta yang bening. Cinta yang apa adanya. Cinta yang tanpa syarat. Cinta
yang akan memberikan apa yang ada di hidupku demi mendapatkan cintanya.
"Bagaimana bisa engkau mencintainya?
Siapakah yang telah membuat engkau mencintainya?
Apa yang membuat engkau mencintainya?
Ia terus mengejarku dengan pertanyaan yang menunjukkan kebingungannya.
"Kepada yang …..". aku berhenti "Aku selalu jatuh cinta" lanjutku.
"Bukankah dia bukan orang kita. bukankah dia diluar golongan kita?". Ia masih tidak terima.
"saudaraku…
ketika lahir engkau hanya bernama bayi manusia. Tidak yang lainya, lalu
kedua orang tuamu ‘yuhawidaanika’, ‘wa yunasiraanika’,’ wa
yumajisaanika’. Bersukurlah karena engkau terlahir dari rahim seorang
muslimah, hingga tidak perlu susah mencari hidayah. Semenjak lahir di
telingamu telah bergema ‘ayat-ayat Allah’. Ayo nak kita meraih
‘prosperity’, meraih kesejahteraan, meraih ‘kesuksesan’.
Jangan
engkau duhai saudaraku mempersulit diri sendiri untuk meraih kesuksesan
dalam hidupmu dengan membatasi mengambil ilmu syar`i yang wajib dituntut
semua orang muslim.Memandang bahwa pendapat orang lain salah tanpa
mengujinya terlebih dahulu,tanpa mencari dalil terlebih dahulu,lalu
meyakininya …” Aku memandangnya. Mencari di wajahnya ‘reaksi’.
"kamu mencintainya, akan setia selalu kepadanya!! sudahkah katamu kau pikirkan.
Kata
itu berbahaya! Kata yang akan menyeret kamu untuk menganggumi apa saja
yang ada padanya. Dan bisa menjerumuskan dirimu untuk mengikuti
perintahnya meskipun perintah itu tidak engkau senangi atau bahkan sesat
dan menyesatkan engkau”. Ia masih membantah.
“Saudaraku… aku
setuju dengan pendapatmu. Bahwa kekaguman atas seseorang telah banyak
menyesatkan saudara kita yang lain. Terjerumus kepada ketundukan untuk
mengambil semua pendapat dari orang yang ia kagumi itu, tanpa
menyaringnya.
Asal perkataaan itu dari orang yang ia jatuh cinta
kepadanya – secara ke ilmuan – ia langsung ambil dan adobsi menjadi
bagian dari pendapatnya. Meskipun pendapat itu menyesatkan banyak
pemikiran orang yang jauh lebih benar dari orang yang ia cintainya itu.
Lalu menyebarkan pendapat yang salah itu ke tengah masyarakat.”
aku
kira banyak yang bisa menjadi contoh begitu banyak kaum muda muslim
Indonesia menjadikan mereka itu idola. Mengikuti seluruh pendapatnya
tanpa mengujinya dengan kritis. Menyebarkan Hermeneutikanya Nasr Hamid
dalam mengkaji al-qur’an untuk menggantikan metode tafsir salafus sholeh
kita. Yang akhirnya membawa mereka untuk mentekstualkan al-qur’an,
bahwa al-Qur’an hanyalah ‘Mumtaz tsaqofi’ atau hasil budaya manusia.
Bahkan salah seorang pengarang dalam - bukunya - sampai berani menyuruh
orang agar tidak menganggap al-Qur’an itu sakral. sebab al-Qur’an itu
hanyalah trik yang dibuat orang orang quraisy dengan tujuan agar
orang-orang Quraisy itu bisa menguasai zajirah Arab”.
“Mereka
yang mencintai habis kepada tokoh yang mereka kagumi kepandaiannya itu.
Dan tidak menyisakan cintanya kepada ulama’-Ulama' salaf dengan segala
keagungan kepribadian dan kebesaran karya tulisnya. Buta matanya – tidak
lagi ia gunakan untuk melihat bagaimana syahsiah tokohnya itu dibanding
dengan ahklak ulama’ ulama’ salaf dahulu. Sehingga Imam malik, imam
hanafi, Imam assyafi’I dan imam hambali tidak lagi dipakai. Dan
dimasukan lemari es lalu dikunci. Sudah mengarkeologi. sudah tidak
mungkin bisa diterapkan lagi untuk menyelesaikan permasalahan
kontemporer ummat Islam. Mereka bilang, bahwa ummat Islam akan tetap
terpuruk bahkan mati, jika tetap berada pada kesadaran masa lalu”
“saudaraku…
mereka itu generasi bingung! Generasi yang sudah kesusahan untuk
menemukan kebenaran. Kepalanya sudah terkontiminasi dengan filsafat.
Sehingga apa saja ingin mereka bongkar, termasuk syari’ah yang secara
nash merupakan kebenaran pun tidak lepas dari pembongkaran mereka.
Kepala mereka dipenuhi relativisme. Dengar aja mereka bicara... lalu
hitung berapa kali kalimat relative itu keluar dari mulutnya?"
“Ah..
itukan relative. Tergantung dari sisi mana anda melihat”, “Janganlah
suka menyalahkan, menghukumi, memfatwakan orang lain sesat dan lain
sebagainya. Siapa sebenarnya yang sesat si Aatau si B. Bisa jadi yang
sesat itu si A karena telah menghukumi orang lain dengan nama TUHAN. Apa
betul yang di fatwakan si A adalah apa yang diinginkan TUHAN. Siapa
yang berhak mengklaim paling tahu apa yang diinginkan oleh TUHAN.
Jangan-jangan si B lah yang betul dan fatwa si A yang sesat. Hargailah
kebebasan orang untuk mengekspresikan cara ia mencintai TUHANnya, tidak
usahlah saling menyesatkan”.
Lihat saudaraku.. betapa semuanya menjadi relative, tidak ada kebenaran yang bisa mereka pegang". Aku mengatur nafas.
berbicara tentang mereka ini terlalu menguras emosi.
sebenarnya
sih aku ingin berlatih untuk mencintai dan membenci, sekedarnya.
Secukupnya, seperlunya, mencintai dengan cinta yang sederhana.
membenci dengan kebencian yang sederhana.
namun rupanya untuk kelompok bingung ini, emosiku sulit terkontrol nich...!!
setelah kunikmati ekspresi saudara bandelku ini, aku teruskan penjelaskanku!
“kalau
kemudian aku mengatakan bahwa ‘aku mencintai Dia dan selalu akan
menuruti apa yang diperintahkan dan bahkan aku akan berusaha selalu
tidak melanggar larangannya . Masak kamu tidak percaya padaku..
bahwa
dalam hatiku ini ada cinta yang begitu menggebu . Insya Allah,
jelek-jelek begini saudaramu ini, bisalah membedakan mana yang baik,
mana yang tidak. Aku nih bukan termasuk ‘kelompok bingung’ mereka..
yakinlah bahwa kalimatku itu bisa aku pertanggung jawabkan insya Allah,
duh saudara … percayalah padaku..”
“Aku tidak percaya..”sahut saudaraku
Saudaraku,pernahkah engkau membaca atau mendengar sebuah bait syair ini,
``Tidak ada di dunia ini yang lebih sengsara daripada seorang pencinta…
Meskipun ia merasakan manisnya cinta…
Kamu lihat dia menangis di setiap waktu…
Karena takut berpisah atau karena rindu…
Ia menangis karena rindu akan jauhnya sang kekasih…
Namun, bila kekasihnya dekat…
Ia menangis karena takut berpisah…
Matanya selalu menghangat ketika terjadi perpisahan…
Matanya pun berkaca-kaca ketika pertemuan itu tiba…
Pelakunya memang merasakan kenikmatan…
Namun, sebenarnya…
Kasmaran itu merupakan siksa yang paling besar di hati…
Saudaraku itulah perkataan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam salah satu kitab beliau,
Tapi
saudaraku,percayalah, cintaku padanya tidaklah akan membawa
kesengsaraan,tidak akan membuat sakit hati dan aku sangat yakin bahwa
aku tidak salah jatuh cinta.
Dan aku juga yakin ,bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan cintaku.
Bahkan
aku sangat yakin dengan cinta dan kasih sayangnya,dan bahkan aku berani
bersumpah demi jiwaku yang ada di genggamaNya,janji-janji Dia semua
pasti akan di tepati.
Akhirnya dengan ekspresi wajah yang masih
menunjukkan kebingungannya,dia Cuma bisa mengangguk-anggukan kepalanya
.maka saudaraku izinkan aku untuk mengambil jeda walau sejenak untuk
membuktikan cintaku padaNya,aku akan berusaha melaksanakan perintahNya.
Saudaraku
maafkan aku bila suatu hari nanti aku lama tidak engkau temui,mungkin
engkau akan bertanya –tanya dalam hatimu,tapi saudaraku ,tidak usah
engkau cemaskan diri ini,insyallah aku akan baik-baik saja.
Saudaraku
,aku hanya mengharap doa mu semoga aku dapat meraih keridhoan dan
cintaNYa,dan di sini aku juga akan selalu berdoa untukmu saudaraku
semoga engkau juga akan seperti aku,mengharap ridho dan cintaNYa.
Setelah semua aku jelaskan akhirnya saudaraku ,engkau faham akan cintaku.
Kepada siapa sebenarnya cinta ini aku tambatkan.ya aku yakin engkau akan mengerti.
Dan
aku yakin engkau juga merasakan cinta yang sama denganku,bukan kah
begitu saudaraku?.Sehingga aku yakin bahwa aku tidak akan sengsara,dan
aku tidak akan kecewa dan bahkan tidak akan sakit hati.
Maka saudaraku marilah kita buktikan cinta kita kepada NYa
Ayo kita berlomba-lomba siapa yang paling baik pembuktian cintanya.
Semoga ,aku,engkau,dan kita semua akan di pertemukan di kautsarnya.
Amiin
Wallahu a’lam. Subahanaka allahumma wa bihamdika asyhadu alla ila hailla anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.
yang tengah di rundung rindu
Sumber : http://kembanganggrek2.blogspot.com/2011/11/bila-aku-jatuh-cinta.html
ragu-ragu kalimat itu keluar dari mulutku. Menampar segala keangkuhan.
Menenggelamkan segala kesombongan. Menaklukan kepongahan diri sendiri..
sahabatku terperangah, tidak menduga aku jatuh cinta. Cinta yang tulus.
Cinta yang bening. Cinta yang apa adanya. Cinta yang tanpa syarat. Cinta
yang akan memberikan apa yang ada di hidupku demi mendapatkan cintanya.
"Bagaimana bisa engkau mencintainya?
Siapakah yang telah membuat engkau mencintainya?
Apa yang membuat engkau mencintainya?
Ia terus mengejarku dengan pertanyaan yang menunjukkan kebingungannya.
"Kepada yang …..". aku berhenti "Aku selalu jatuh cinta" lanjutku.
"Bukankah dia bukan orang kita. bukankah dia diluar golongan kita?". Ia masih tidak terima.
"saudaraku…
ketika lahir engkau hanya bernama bayi manusia. Tidak yang lainya, lalu
kedua orang tuamu ‘yuhawidaanika’, ‘wa yunasiraanika’,’ wa
yumajisaanika’. Bersukurlah karena engkau terlahir dari rahim seorang
muslimah, hingga tidak perlu susah mencari hidayah. Semenjak lahir di
telingamu telah bergema ‘ayat-ayat Allah’. Ayo nak kita meraih
‘prosperity’, meraih kesejahteraan, meraih ‘kesuksesan’.
Jangan
engkau duhai saudaraku mempersulit diri sendiri untuk meraih kesuksesan
dalam hidupmu dengan membatasi mengambil ilmu syar`i yang wajib dituntut
semua orang muslim.Memandang bahwa pendapat orang lain salah tanpa
mengujinya terlebih dahulu,tanpa mencari dalil terlebih dahulu,lalu
meyakininya …” Aku memandangnya. Mencari di wajahnya ‘reaksi’.
"kamu mencintainya, akan setia selalu kepadanya!! sudahkah katamu kau pikirkan.
Kata
itu berbahaya! Kata yang akan menyeret kamu untuk menganggumi apa saja
yang ada padanya. Dan bisa menjerumuskan dirimu untuk mengikuti
perintahnya meskipun perintah itu tidak engkau senangi atau bahkan sesat
dan menyesatkan engkau”. Ia masih membantah.
“Saudaraku… aku
setuju dengan pendapatmu. Bahwa kekaguman atas seseorang telah banyak
menyesatkan saudara kita yang lain. Terjerumus kepada ketundukan untuk
mengambil semua pendapat dari orang yang ia kagumi itu, tanpa
menyaringnya.
Asal perkataaan itu dari orang yang ia jatuh cinta
kepadanya – secara ke ilmuan – ia langsung ambil dan adobsi menjadi
bagian dari pendapatnya. Meskipun pendapat itu menyesatkan banyak
pemikiran orang yang jauh lebih benar dari orang yang ia cintainya itu.
Lalu menyebarkan pendapat yang salah itu ke tengah masyarakat.”
aku
kira banyak yang bisa menjadi contoh begitu banyak kaum muda muslim
Indonesia menjadikan mereka itu idola. Mengikuti seluruh pendapatnya
tanpa mengujinya dengan kritis. Menyebarkan Hermeneutikanya Nasr Hamid
dalam mengkaji al-qur’an untuk menggantikan metode tafsir salafus sholeh
kita. Yang akhirnya membawa mereka untuk mentekstualkan al-qur’an,
bahwa al-Qur’an hanyalah ‘Mumtaz tsaqofi’ atau hasil budaya manusia.
Bahkan salah seorang pengarang dalam - bukunya - sampai berani menyuruh
orang agar tidak menganggap al-Qur’an itu sakral. sebab al-Qur’an itu
hanyalah trik yang dibuat orang orang quraisy dengan tujuan agar
orang-orang Quraisy itu bisa menguasai zajirah Arab”.
“Mereka
yang mencintai habis kepada tokoh yang mereka kagumi kepandaiannya itu.
Dan tidak menyisakan cintanya kepada ulama’-Ulama' salaf dengan segala
keagungan kepribadian dan kebesaran karya tulisnya. Buta matanya – tidak
lagi ia gunakan untuk melihat bagaimana syahsiah tokohnya itu dibanding
dengan ahklak ulama’ ulama’ salaf dahulu. Sehingga Imam malik, imam
hanafi, Imam assyafi’I dan imam hambali tidak lagi dipakai. Dan
dimasukan lemari es lalu dikunci. Sudah mengarkeologi. sudah tidak
mungkin bisa diterapkan lagi untuk menyelesaikan permasalahan
kontemporer ummat Islam. Mereka bilang, bahwa ummat Islam akan tetap
terpuruk bahkan mati, jika tetap berada pada kesadaran masa lalu”
“saudaraku…
mereka itu generasi bingung! Generasi yang sudah kesusahan untuk
menemukan kebenaran. Kepalanya sudah terkontiminasi dengan filsafat.
Sehingga apa saja ingin mereka bongkar, termasuk syari’ah yang secara
nash merupakan kebenaran pun tidak lepas dari pembongkaran mereka.
Kepala mereka dipenuhi relativisme. Dengar aja mereka bicara... lalu
hitung berapa kali kalimat relative itu keluar dari mulutnya?"
“Ah..
itukan relative. Tergantung dari sisi mana anda melihat”, “Janganlah
suka menyalahkan, menghukumi, memfatwakan orang lain sesat dan lain
sebagainya. Siapa sebenarnya yang sesat si Aatau si B. Bisa jadi yang
sesat itu si A karena telah menghukumi orang lain dengan nama TUHAN. Apa
betul yang di fatwakan si A adalah apa yang diinginkan TUHAN. Siapa
yang berhak mengklaim paling tahu apa yang diinginkan oleh TUHAN.
Jangan-jangan si B lah yang betul dan fatwa si A yang sesat. Hargailah
kebebasan orang untuk mengekspresikan cara ia mencintai TUHANnya, tidak
usahlah saling menyesatkan”.
Lihat saudaraku.. betapa semuanya menjadi relative, tidak ada kebenaran yang bisa mereka pegang". Aku mengatur nafas.
berbicara tentang mereka ini terlalu menguras emosi.
sebenarnya
sih aku ingin berlatih untuk mencintai dan membenci, sekedarnya.
Secukupnya, seperlunya, mencintai dengan cinta yang sederhana.
membenci dengan kebencian yang sederhana.
namun rupanya untuk kelompok bingung ini, emosiku sulit terkontrol nich...!!
setelah kunikmati ekspresi saudara bandelku ini, aku teruskan penjelaskanku!
“kalau
kemudian aku mengatakan bahwa ‘aku mencintai Dia dan selalu akan
menuruti apa yang diperintahkan dan bahkan aku akan berusaha selalu
tidak melanggar larangannya . Masak kamu tidak percaya padaku..
bahwa
dalam hatiku ini ada cinta yang begitu menggebu . Insya Allah,
jelek-jelek begini saudaramu ini, bisalah membedakan mana yang baik,
mana yang tidak. Aku nih bukan termasuk ‘kelompok bingung’ mereka..
yakinlah bahwa kalimatku itu bisa aku pertanggung jawabkan insya Allah,
duh saudara … percayalah padaku..”
“Aku tidak percaya..”sahut saudaraku
Saudaraku,pernahkah engkau membaca atau mendengar sebuah bait syair ini,
``Tidak ada di dunia ini yang lebih sengsara daripada seorang pencinta…
Meskipun ia merasakan manisnya cinta…
Kamu lihat dia menangis di setiap waktu…
Karena takut berpisah atau karena rindu…
Ia menangis karena rindu akan jauhnya sang kekasih…
Namun, bila kekasihnya dekat…
Ia menangis karena takut berpisah…
Matanya selalu menghangat ketika terjadi perpisahan…
Matanya pun berkaca-kaca ketika pertemuan itu tiba…
Pelakunya memang merasakan kenikmatan…
Namun, sebenarnya…
Kasmaran itu merupakan siksa yang paling besar di hati…
Saudaraku itulah perkataan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam salah satu kitab beliau,
Tapi
saudaraku,percayalah, cintaku padanya tidaklah akan membawa
kesengsaraan,tidak akan membuat sakit hati dan aku sangat yakin bahwa
aku tidak salah jatuh cinta.
Dan aku juga yakin ,bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan cintaku.
Bahkan
aku sangat yakin dengan cinta dan kasih sayangnya,dan bahkan aku berani
bersumpah demi jiwaku yang ada di genggamaNya,janji-janji Dia semua
pasti akan di tepati.
Akhirnya dengan ekspresi wajah yang masih
menunjukkan kebingungannya,dia Cuma bisa mengangguk-anggukan kepalanya
.maka saudaraku izinkan aku untuk mengambil jeda walau sejenak untuk
membuktikan cintaku padaNya,aku akan berusaha melaksanakan perintahNya.
Saudaraku
maafkan aku bila suatu hari nanti aku lama tidak engkau temui,mungkin
engkau akan bertanya –tanya dalam hatimu,tapi saudaraku ,tidak usah
engkau cemaskan diri ini,insyallah aku akan baik-baik saja.
Saudaraku
,aku hanya mengharap doa mu semoga aku dapat meraih keridhoan dan
cintaNYa,dan di sini aku juga akan selalu berdoa untukmu saudaraku
semoga engkau juga akan seperti aku,mengharap ridho dan cintaNYa.
Setelah semua aku jelaskan akhirnya saudaraku ,engkau faham akan cintaku.
Kepada siapa sebenarnya cinta ini aku tambatkan.ya aku yakin engkau akan mengerti.
Dan
aku yakin engkau juga merasakan cinta yang sama denganku,bukan kah
begitu saudaraku?.Sehingga aku yakin bahwa aku tidak akan sengsara,dan
aku tidak akan kecewa dan bahkan tidak akan sakit hati.
Maka saudaraku marilah kita buktikan cinta kita kepada NYa
Ayo kita berlomba-lomba siapa yang paling baik pembuktian cintanya.
Semoga ,aku,engkau,dan kita semua akan di pertemukan di kautsarnya.
Amiin
Wallahu a’lam. Subahanaka allahumma wa bihamdika asyhadu alla ila hailla anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.
yang tengah di rundung rindu
Sumber : http://kembanganggrek2.blogspot.com/2011/11/bila-aku-jatuh-cinta.html